Pelestarian Budaya Lewat Pembelajaran Tari Pa'gellu Tua

Penulis Bersama Penari Pa'Gellu Tua Toraja


Takalarterkini.com, - Toraja. Tari adalah sebuah seni yang mendalam, berakar dalam aktivitas manusia dan ekspresi emosional. Setiap gerakan, setiap langkah, adalah cerminan dari cerita dan perasaan yang ingin disampaikan. Dalam tari, tubuh menjadi kanvas, dan musik serta ritme menjadi pemandu yang menghidupkan setiap gerakan, menjadikannya sebuah bentuk komunikasi yang universal dan abadi. 


Melalui tari, kita dapat menyentuh dan memahami pengalaman yang lebih dalam dari diri kita sendiri maupun dari orang lain, mengekspresikan keindahan, kebanggaan, kesedihan, dan kegembiraan yang ada dalam kehidupan sehari-hari.

 

Pada kesempatan kali ini penulis mengikuti program MBKM yang di laksanakan oleh “Institut Seni Indonesia Surakarta”, dan penulis memilih skema riset independent, oleh karena itu penulis akan menceritakan pengalaman selama mengikuti program ini.


Penulis memilih mitra di salah satu daerah di Tana Toraja yang tepatnya berada di Desa Rorre, Tongkonan Bassean, Makale Utara, yaitu Komunitas Gellu Toraya, dimana komunitas ini mengajarkan tari pa’gellu tua kepada siswi-siswinya. Tari pa’gellu tua adalah salah satu tarian tradisional yang berasal dari suku Toraja yang dimana tarian ini hanya di pertunjukkan pada saat acara rambu tuka (sukacita). 


Penulis pertama kali saya bertemu dengan kak Hesti selaku founder Komunitas pada tanggal 18 Maret 2024 di acara pemilihan duta Pa’gellu tua yang diadakan oleh Komunitas Gellu Toraya bekerja sama dengan pemerintah, di sini penulis menyaksikan langsung anak-anak yang memiliki antusias tinggi dalam keikutsertaannya pada event tersebut.


Komunitas Gellu Toraya berfokus mengajar anak-anak usia 6-15 tahun dengan alasan regenerasi,seperti yang dikatakan oleh mitra penulis sekaligus founder dari komunitas ini ialah “agar rantai regenerasi tidak cepat terputus sebab apabila komunitas langsung merekrut remaja-remaja ketakutannya yaitu mereka masih belajar basic, bisa saja nanti mereka akan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dan yang ditakutkan mereka sudah tidak mau lagi melanjutkan pelatihan dasar tersebut”.


Banyak ilmu yang penulis dapatkan selama mengikut program MBKM ini, mengenai tari Pa’gellu tua karena pada saat siswa-siswa tari memulai kelas mereka diingatkan ulang mengenai gerakan dasar yang ada dalam tari ini seperti, mengkadetten dan pa’rapa. 


Mengkadetten sendiri ialah gerakan kaki yang jinjit serta tumit yang tidak menyentuh tanah, serta pa’rapa pula ialah gestur jari yang rapat mulai dari jari telunjuk sampai jari kelingking.


Adapun gerakan yang ada di dalam Pa’gellu tua yang beritahu oleh kak Hesti kepada penulis yaitu, 14 gerakan. 12 gerakan inti dua gerakan tambahan yaitu, pa’tabe, pa’dena-dena’, pa’gellutua, pa’lolokpao, pangra’pak pentallu, pa’gallo ,pa’unnorong, pa’tulekken, pa’langkan-langkan, passiri, pa’kakabale, penggirik tang tarru, pangrampanan, pa’tutu’, yang jika pemaknaan keseluruhan gerakan ini adalah bagaimana sifat-sifat dasar manusia toraja.


Tepat pada saat menjalankan program riset penulis juga melaksanakan proses shooting film dokumenter pendek bersama Komunitas Gellu Toraya yang berjudul Pa’gellu tua. Penulis bersama teman-teman mulai melakukan produksi pada tanggal 21 Mei-24 Mei 2024, dengan mengikuti seluruh rangkaian keseharian kak Hesti yang kebetulan juga selaku Founder dari Komunitas Gellu Toraya.


Seperti pada saat kak Hesti sedang mengajarkan tari Pa’gellu tua kepada siswa-siswanya atau sedang hanya melakukan kebiasaan seperti ibu-ibu pada umumnya. Selain keseharian kak Hesti kami juga mengambil beberapa gambar dari orang-orang yang menurut kami bisa menjadi pendukung narasi dalam film dokumenter.


Saat proses shooting berlangsung penulis sangat takjub melihat antusias dari seluruh narasumber mulai dari antusias menyambut kami sampai dengan bagaimana narasumber menyampaikan jawaban dari pertanyaan yang diberikan pada saat proses wawancara berlangsung, sungguh membuat penulis bersama kru juga semakin semangat untuk lebih menggali lagi informasi dari para narasumber.


Produksi yang kami lakukan selama empat hari sungguh sangat berharga dan berkesan bagi kami selaku orang awam mengenai adat dan budaya toraja. Toraja adalah salah satu daerah yang bisa dikatakan sebagai surganya seni dan budaya sebab banyaknya tradisi-tradisi yang masih kental dan dijaga orisinalitasnya dengan baik, kami masih berharap ingin lama-lama di Kabupaten Toraja, sebab selain dari seni budayanya, keindahan alamnya pun sangat menakjubkan untuk jelajahi.


Akhiran penulis berharap Seniman-seniman lokal tetap konsisten dalam pelestarian nilai tradisional pada hal ini Pa’gellu tua,yang diharapkan tari Pa’gellu tua ini masih bisa di lihat bentuk aslinya 100 tahun kedepan. 


"Terima kasih saya kepada Komunitas Gellu Toraya yang juga selalu berusaha meningkatkan minat generasi muda mengenai kebudayaan tradisional lewat event-event yang diadakan dan pelatihan, banyak harapan penulis bukan hanya di Toraja sendiri namun diharap seluruh daerah memiliki seniman-seniman yang tetap berusaha dan konsisten menjaga nilai-nilai leluhur masing-masing", imbuhnya.


Akhir kata dari penulis semoga nilai budaya serta tradisi di setiap daerah bisa terjaga dan dikembangkan serta khusus generasi muda saat ini perlu kepekaan yang timbul dari diri demi pelestarian nilai-nilai budaya, tutupnya. Salam Budaya. AJM/RedTT.


Penulis: Sutrisno Asbar Pratama

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Guru Besar FBS UNM Asal Takalar, Launching Terjemahan Al-Qur'an Ke Dalam Bahasa Makassar

Ribuan Warga Padati Buka Puasa Bersama Di Kediaman Orang Tua Irwan Iskandar

Putra Galesong Raih Juara 1 Kepala SMP Inovatif Pada Apresiasi GTK Tingkat Sulsel Tahun 2023