Seminar Kebudayaan Regional HMPS PBSD FBS UNM Peringati Hari Bahasa Ibu Internasional, Ini Pesan Abdul Jalil Mattewakkang

Abdul Jalil Mattewakkang Saat Membawakan Materinya


Takalarterkini.com, Pattallassang. Rabu, 26 Februari 2025. Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Daerah, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Makassar (HMPS PBSD FBS UNM) gelar seminar kebudayaan regional dengan mengusung tema "Optimalisasi Peran Budaya dan Bahasa Ibu Menuju Indonesia Emas" di Aula Museum Daerah Ballak Appaka Sulapak Kabupaten Takalar.

Flayer Kegiatan Seminar Kebudayaan Regional Mengenai Optimalisasi Peran Budaya Dan Bahasa Ibu Menuju Generasi Emas


Terpantau sosok guru besar Fakultas Bahasa dan Sastra UNM, Prof Dr Hj Kembong Daeng sebagai salah satu pemantik atau narasumber. Tidak hanya itu sosok pendiri Komunitas Pelestari Bahasa, Aksara, dan Sastra Daerah, Abdul Jalil Mattewakang juga diberi amanah sebagai narasumber. 


Bertahun-tahun bergerak di bidang literasi dan budaya, membuat sosok Magister Manajemen dan Hukum itu semakin tajam dalam mengasah kesempatan berbicaranya tentang budaya berdasarkan pengalamannya dilapangan selama berkecimpung berbaur dengan komunitas lainnya.


Menurutnya beberapa aspek perlu dikolaborasikan, guna mendorong bahasa ibu melalui kegiatan dan aktivitas budaya lokal atau bahasa daerah, khususnya di Kabupaten Takalar (Butta Panrannuangku) ini didominasi oleh bahasa Mangkasarak dengan dialek lakiung.

Peserta Seminar Kebudayaan Regional HMPS PBSD FBS UNM Di Aula Museum Daerah Ballak Appaka Sulapak Kabupaten Takalar 


"Aktivitas pembiasaan bahasa ibu lewat budaya lokal (bahasa daerah) dapat dilakukan dengan melibatkan 4 unsur, yakni lingkungan pemerintah lewat kebijakan produktif, lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat (termasuk media dll)", ungkap Daeng Mattewakkang.


Lanjutnya ia menyampaikan bahwa "Pemertahanan bahasa ibu bukan hanya pada acara-acara seremoni saja, tetapi juga terimplementasi dari aktivitas keseharian, seperti di lingkungan sekolah dengan adanya program sehari berbahasa Mangkasarak, papan bicara aksara Lontarak lewat pappasang, dan gerakan literasi budaya lokal (bahasa Daerah) atau bahasa ibu", lanjutnya.


Saat membawakan materinya, Abdul Jalil Mattewakkang juga mengajak peserta berdiskusi langsung untuk mendapatkan respon dan keinginan dari para peserta tentang perannya masing-masing dalam melakukan pemertahan dan pelestarian bahasa ibu (bahasa daerah Makassar).


Usulan itu pun dari kalangan pelajar. Pelajar SMP berharap agar ada hari dimana semua pihak di sekolah itu menggunakan bahasa Makassar dengan ragam aksesoris dan simbol aksara Lontarak Makassar.


Pelajar SMA dan SMK juga mengusulkan agar ada semacam Komunitas/Rumah Sastra (Puisi), Sikola, Sanggar yang fokus dalam pengembangan dan pelestarian bahasa ibu (bahasa daerah Makassar), tersebar di berbagai wilayah agar ekspresi dan mereka dapat belajar lebih padat (kompleks) disitu.


Dari Guru mengusulkan agar kegiatan pemertahanan bahasa ibu (bahasa daerah) tak dilakukan dalam sebuah acara saja (seremoni), tetapi ia konsisten dan berkelanjutan dilaksanakan. Menjadi agenda yang terukur sehingga kita dapat melakukan asesmen atas capaian yang telah diraih.


Tak ketinggalan dari Penggiat Literasi Budaya juga mengusulkan agar di Kabupaten Takalar ini segera dibuatkan Perda tentang Pemertahanan Bahasa Daerah Makassar (Bahasa Ibu) Di Lingkungan Pendidikan. Disusun Kamus Bahasa Makassar ala Masyarakat Takalar agar bahasa daerah Makassar yang selama ini tak pernah terdengar dapat kita gali dan tuliskan kembali. AJM/RedTT.


Sumber: ANDA/AJM

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Guru Besar FBS UNM Asal Takalar, Launching Terjemahan Al-Qur'an Ke Dalam Bahasa Makassar

Aklamasi, Zainuddin Detol Terpilih Jadi Ketua Komite UPT SMPN 2 Takalar

Utusan Polut Mendominasi, Sabet Juara Umum Di Porseni PGRI Takalar Tahun 2024